TEKNIK BUDIDAYA HIDROPONIK

Hidroponik adalah cara bercocok tanam tanpa menggunakan tanah. Kebutuhan nutrisi yang diperlukan oleh tanaman ini berasal dari air, yang dimana segala kebutuhan dari tanaman itu sendiri berasal dari sana. Kata atau istilah hidroponik ini berasal dari bahasa Yunani, yang dimana pengertiannya secara langsung dari istilah tersebut adalah budidaya tanaman tanpa menggunakan media tanah. Penyangga tanamannya biasanya menggunakan batu apung, kerikil, sekam, serbuk gergaji, rockwool dan sebagainya. Teknik menanam yang satu ini mulai banyak digunakan oleh masyarakat di perkotaan, karena biasanya lahan di perkotaan tidak seluas lahan di pedesaan. Teknik ini bisa dibuat dari mulai skala kecil-kecilan. Namun untuk penanaman hidroponik di Indonesia berskala besar ini banyak hal yang harus diperhatikan, salah satunya adalah pemilihan jenis tanamannya itu sendiri. Jenis tanaman yang paling sering ditanam dengan menggunakan teknik ini diantaranya yaitu selada, timun jepang, tomat dan masih banyak jenis tanaman hidroponik lainnya.

A. PENGERTIAN HIDROPONIK

Pengertian dari hidroponik ini yaitu cara budidaya/penanaman suatu jenis tanaman tertentu, yang menggunakan atau memanfaatkan air yang tujuannya adalah untuk kebutuhan nutrisi tanaman itu sendiri dan tidak menggunakan tanah. Biasanya kebutuhan air pada tanaman yang ditanam dengan menggunakan media tanam membutuhkan banyak asupan air, tetapi pada tanaman hidroponik tidak begitu karena cara penanamannya sudah menggunakan air. Cara tanam dengan menggunakan air ini memang cukup efektif dan efisien, tak heran jika banyak orang yang menanam dengan teknik hidroponik yang dimana di tempat mereka tidak memiliki banyak pasokan air atau minim air. Pengertian hidroponik menurut para ahli yaitu jenis budidaya tanaman yang tidak menggunakan tanah tetapi menggunakan air sebagai media tanamnya dengan menambah kebutuhan nutrisi bagi tanaman.

Hidroponik merupakan hal baru dalam dunia pertanian, namun banyak sekali masyarakat yang tidak mengetahui cara melakukannya dan keuntungannya. Hidroponik berasal dari bahasa Yunani yaitu "hydro" yang berarti air dan "ponics" yang artinya kerja. Jadi menanam dengan sistem hidroponik artinya menanam tanpa menggunakan media tanah (soilless culture), melainkan dengan menggunakan larutan mineral bernutrisi atau bahan lainnya yang mengandung unsur hara dan pengganti media tanah seperti sabut kelapa, pasir, pecahan batu bata, serbuk kayu, dan lain-lain. Jadi hidroponik berarti budidaya tanaman yang memanfaatkan air dan tanpa menggunakan tanah sebagai media tanam atau soilless.

Hidroponik adalah suatu istilah yang digunakan untuk bercocok tanam tanpa menggunakan tanah sebagai media tumbuhnya. Tanaman dapat ditanam dalam pot atau wadah lainnya dengan menggunakan air dan atau bahan-bahan porus lainnya, seperti kerikil, pecahan genting, pasir, pecahan batu ambang, dan lain sebagainya sebagai media tanamnya. Hidroponik merupakan sistem penanaman tanaman tanpa menggunakan media tanam tanah dan menggunakan larutan nutrisi yang mengandung garam organik untuk menumbuhkan perakaran yang ideal. Cara penanaman tumbuhan pada sistem ini menggunakan larutan nutrisi (sebagian besar anorganik) dengan sistem irigasi air tanpa menggunakan tanah yang hasil panennya digunakan untuk dijual sehingga dapat diartikan bahwa sayuran hidroponik adalah sayuran yang ditanam dengan menggunakan larutan nutrisi dengan menggunakan sistem irigasi air yang hasil panennya dapat dijual.


B. SEJARAH HIDROPONIK 

1. Babylon, China, dan Mesir

Teknik hidroponik ini telah lama digunakan sejak kurun ke-16 Masehi. Taman gantung Babylon (The Hanging Garden of Babylon) dipercayai telah menggunakan hidroponik ini sebagai suatu kaidah penanaman tanaman, kemudian diikuti oleh zaman akhir suku Aztez di mexico (tempat masyarakat Indian menanam secara terapung di permukaan tasik yang cetek atau dapat dikatakan sebagai sistem rakit). Marco Polo dalam pengembaraannya mencatat bahwa terdapat penduduk di negara China yang menanam secara hidroponik. Dalam zaman kejayaan akhir Mesir juga terdapat aktivitas penanaman hidroponik. 

2. Inggris 

Pada 1699, Woodward. Ilmuwan Inggris telah menjalankan kajian menanam dengan menggunakan air sebagai medium, yakni melalui garam mineral yang dilarutkan ke dalam air dan dimasukkan sedikit tanah. Hasilnya, pokok tanaman tumbuh dengan baik dan tanah yang dicampur tersebut tidak berkurang. 

Pada awal 70-an, ilmuwan Inggris, Dr. Allen Cooper, telah berhasil memperkenalkan teknik Nutrient Film Technique (NFT), yang merupakan sistem hidroponik terbaik. Dalam teknik ini, larutan garam mineral dari tangki hidroponik dialirkan ke akar tanaman dalam palung, kemudian larutan tersebut dikembalikan semula ke dalam tangki. Teknik ini telah berkembang selaras dengan perkembangan teknologi digital yang dapat dioperasikan melalui sistem komputer. 

3.  Amerika 

Pada 1930-an, tepatnya tahun 1933. Ilmuwan amerika, W.F. Gewricke dari Pusat Penyelidikan Pertanian California, Universitas California, Amerika Serikat telah memperkenalkan kaidah ini secara komersial. Sejak saat itu, sistem hidroponik ini sikembangkan dan dikemas dengan berbagai teknik khas untuk tujuan komersial. Gewricke juga berhasil menanam tomat secara hidroponik. Perkembangan teknologi greenhouse di negara barat juga telah membantu perkembangan hidroponik, karena aktivitas pertanian hidroponik dalam greenhouse dapat dijalankan sepanjang tahun. 

Selanjutnya, sistem hidroponik berkembang ke arah komersial. Penemuan yang lantas dipatenkan itu mulai mendorong orang untuk mengembangkan sejumlah unit komersial, sayangkany usaha itu terbukti tidak ekonomis. Perkembangan hidroponik memperlihatkan titik cerah lagi usai Perang Dunia ke-2. Untuk kebutuhan sayuran para prajuritnya, Amerika Serikat (AS) membangun unit hidroponik di beberapa kepulauan Lautan Atlantik dan Pasifik, salah satunya berlokasi di Chofu Jepang. SUplai nutrisi berupa pupuk kimia yang dialirkan langsung ke masing-masing tanaman. Dengan cara tersebut pasokan sayuran segar ke dapur tentara AS tetap kontinu dan tidak perlu melakukan impor dari AS.

4. Kanada 

Pembangunan unit hidroponik, yang benar-benar mempertimbangkan hitungan ekonomis, baru dilakukan pertengahan 1060-an. Sebuah industri rumah kaca yang berlokasi di British Columbia Kanada terpaksa beralih ke penanaman hidroponik, karena tanaman tomat pada saat itu banyak yang hancur akibat penyakit yang terbawa dari tanah. Tanaman tomat kemudian ditanam dalam wadah berisi pasir dan nutrisi yang disalurkan lewat penetesan. 

Kegencaran terhadap hidroponik didorong oleh adanya krisis minyak di eropa tahun 1070. Para pekebun dan peneliti terpaksa menyisihkan dana lebih untuk biaya pemanasan dalam industri rumah kaca, salah satu cara untuk menghindari kerugian yaitu optimalisasi hasil panen yang dicapai dengan penanaman dengan sistem hidroponik. 

 5. Belanda 

Pada dekade 1980-an merupakan momen penting bagi perkebunan hidroponik. Hal ini berawal ketika peneliti Belanda menemukan kandungan metil bromida yang berbahaya pada tanah, ironisnya kandungan tersebut bersumber dari pensteril tanah yang telah banyak tersebar. Pemerintah Belanda langsung melarang obat tersebut yang mana membuat banyak para pekebun beralih ke hidroponik. Mereka banyak yang memilih rockwool sebagai media dan teknik penetesan dalam pemberian nutrisi. 

Kesuksesan Belanda ini diikuti oleh banyak negara. Hasilnya, luas penanaman hidroponik pada 1989 melonjak sampai 6.000 ha. Tidak hanya sayuran, akhirnya hidroponik juga merebak pada sejumlah komoditas lain, seperti buah dan bunga potong. 

6. Spanyol 

Melewati tahun 1990-an, ekspansi teknologi tersebut terus berlangsung meski pelan. Negara-negara Eropa Utara seperti Spanyol, benar-benar jatuh cinta pada penanaman hidroponik (penanaman anti tanah) ini. Teknologi penanaman di masing-masing negara terus berkembang dengan berbagai “versi”. Selain itu, mereka juga melakukan penyempurnaan di bidang irigasi, alat pengontrol, dan metode desinfektan dari larutan nutrisi.

7. Malaysia 

Di Malaysia, pengeluaran hasil hidroponik secara komersial masih kecil. Belum ada lagi pemasok besar yang menguasai pasaran atau industri hidroponik ini, sehingga produk hidroponik masih kurang di pasaran. Akan tetapi, pamor hidroponik terus meroket sehingga saat ini total arealnya di planet bumi sudah mencapai puluhan ribu ha. dari luas tersebut, bisa dihasilkan sayuran segar sebanyak 4 juta ton per tahun.Teknik menanam secara hidroponik ini sudah dikenal sejak dahulu, tepatnya sejak tahun 1627.

Pada saat itu terdapat tulisan dari Francis Bacon yang menjelaskan tentang hidroponik, ia menjelaskan bahwa tanaman juga bisa ditanam dengan media lainnya selain tanah yaitu menggunakan media air. Baru di tahun 1699 dilakukan penelitian yang lebih lengkap tentang hidroponik ini, yang saat itu dilakukan oleh John Woodward. Namun hasilnya berbeda, hasil dari tanaman yang ditanam dengan hidroponik ini lebih bagus dengan menggunakan air yang keruh dibanding air yang bersih/jernih. Maka dari itu Ia menyimpulkan bahwa air yang digunakan untuk menanam tanaman tidak memiliki cukup nutrisi untuk membuat tanaman itu menjadi subur.

C. PERKEMBANGAN HIDROPONIK DI INDONESIA 

Lantas bagaimana dengan perkembangan budidaya tanaman dengan menggunakan hidroponik di Indonesia? 

Baru pada tahun 1980 metode hidroponik ini mulai masuk ke Indonesia, dan pada saat itu cara tanam ini diperkenalkan pada masyarakat luas oleh Bob Sadino. Ia mempopulerkan teknik hidroponik di Indonesia yang saat itu juga sering menjadi narasumber/pakar dalam bidang agribisnis. Pada awalnya cara penanaman unik ini hanya dilakukan sebagai hobi atau kecintaan seseorang pada tanaman, yang ingin mencoba menanam tanaman dengan tidak menggunakan tanah. Bahkan banyak orang yang menggunakan tanaman ini sebagai tanaman hias di rumah, serta menjadi salah satu dekorasi di ruangan yang unik dan menarik. Namun, lain dulu lain sekarang. Kini hidroponik sudah bukan hobi semata, tetapi sudah menjadi cara budidaya tanaman yang komersial.

Perkembangan menanam tanaman dengan menggunakan media air ini terus berkembang dari waktu ke waktu. Ditambah dengan semakin sempitnya lahan tanam di perkotaan, yang membuat banyak orang tidak dapat menanam tanaman sesuka hati.Apalagi penanaman tanaman hidroponik ini bisa dilakukan di mana saja, dan memiliki banyak media yang dapat dimanfaatkan untuk hasil tanam yang baik. Khususnya untuk orang-orang yang tinggal di daerah perkotaan dengan lahan yang sempit, teknik menanam yang satu ini sangat membantu. Budidaya tanaman dengan hidroponik bahkan bisa dilakukan oleh orang-orang yang tinggal di apartemen atau di rumah susun sekalipun. Segalanya menjadi mudah dengan teknik penanaman hidroponik ini, sehingga cara tanam hidroponik ini menjadi pilihan alternatif yang tepat bagi masyarakat perkotaan atau masyarakat modern.

D. PERMASALAHAN HIDROPONIK DI INDONESIA 

Meskipun hasil dari tanaman hidroponik ini bagus dan memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi, tetapi di dalam proses penanamannya masih ada banyak kendala atau permasalahan yang harus dihadapi oleh petani. Permasalahan budidaya dengan menggunakan  sistem hidroponik di Indonesia, kurang lebih sama dengan permasalahan yang ada di negara lain. Berikut ini merupakan beberapa kendala dalam penanaman tanaman dengan cara hidroponik yang ada di Indonesia, yaitu: 

1. Listrik 24 Jam 

Pada dasarnya tanaman memerlukan waktu istirahat yang cukup sama halnya seperti manusia. Pada tanaman, biasanya memerlukan waktu istirahat 7-8 jam dalam satu hari. Dan selama waktu istirahat tersebut, mereka tidak menyerap unsur hara yang ada di sekelilingnya. Namun tingkat kelembapannya harus tetap terjaga dengan baik, yang mana bertujuan agar bagian akarnya tidak mengalami kekeringan dan hal itu bisa menyebabkan tanaman menjadi layu. Apabila hal ini terus dibiarkan, maka tanaman akan mati. Demi menjaga agar hal tersebut tidak terjadi, hal yang harus dilakukan yaitu menjalankan aliran pompa secara terus menerus di malam hari. Karena nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman didapat dari aliran pompa tersebut.

Sayangnya, jika listrik mati maka pompa listrik pun akan ikut mati dan pemberian nutrisi pada tanaman akan terhenti. Untuk cara pencegahannya, Anda bisa menggunakan genset khusus untuk pengaliran dari pompa agar nutrisi tetap bisa diberikan pada tanaman. Cara lain yang dapat dilakukan yaitu bisa dengan menggunakan rockwool, karena air yang tersisa pada rockwool ini mampu bertahan selama 2-3 jam lamanya pada saat listrik mati.

2. Daun Yang Rusak 

Kendala atau masalah lainnya yang dihadapi dalam proses penanaman dengan hidroponik adalah terjadinya hujan, yang bisa membuat tingkat kelembaban meningkat sehingga muncullah cendawan. Cara mengatasinya adalah dengan menutup daun dengan plastik.

3. Konsentrasi Larutan 

Hujan juga dapat mengubah konsentrasi yang terdapat pada larutan nutrisi, karena air hujan ini memiliki kandungan asam. Apabila air hujan masuk ke dalam tangki maka Anda harus membuang seluruh larutan yang ada di sana, lalu membuat kembali larutan baru.

Jika Anda tidak melakukan hal itu maka tanaman hidroponik akan kekurangan nutrisi sehingga tanaman tidak akan tumbuh dan berkembang dengan baik. Cara mengatasi hal ini bisa dengan memasang kran penutup, pada aliran hujan yang masuk ke saluran pembuangan tadi.Ketika hujan turun maka Anda hanya tinggal membuka kran sehingga air hujan bisa langsung terbuang, dan pipa yang mengarahkan larutan nutrisi tadi untuk langsung ke bak tangki yang sudah tertutup.

4. Debit Air 

Dalam cara budidaya yang tepat untuk jenis tanaman hidroponik, Anda akan membutuhkan debit air. Debit air yang dibutuhkan untuk tanaman hidroponik ini adalah sekitar 1-2 liter setiap menitnya. Anda juga bisa menggunakan pompa yang memiliki kekuatan sekitar 500 watt atau ¾ HP yang sesuai dengan ukuran area tanaman yang luasnya mencapai 720 m2.

5. Lumut Yang Muncul Di Selang Plastik 

Cara yang paling mudah untuk membersihkan lumut di dalam selang plastik adalah dengan merendam selang dengan menggunakan air panas. Setelah itu tambahkan juga 1 sdm pemutih per galon ketika akan membersihkan lumutnya. Kemudian jalankan lagi seperti biasa, jika perendaman sudah selesai dilakukan dengan sistem NFT. Cara ini dilakukan untuk mengusir lumut yang berada di dalam selang yang cukup sulit untuk dibersihkan.

Anda juga bisa mgnggunakan alternatif cara lainnya yaitu dengan merendam selang dengan cairan pemutih, setelah itu bilas seluruh bagiannya, keringkan, dan simpan kembali untuk membersihkan selang di lain hari.

E. JENIS TANAMAN HIDROPONIK DI INDONESIA YANG BERNILAI TINGGI

Di Indonesia sudah banyak sekali jenis-jenis tanaman yang dapat dibudidayakan dengan menggunakan sistem hidroponik. Hal ini selaras dengan pernyataan bahwa Indonesia merupakan negara yang mumpuni dalam mengembangkan tanaman dengan menggunakan cara hidroponik. Berikut ini merupakan beberapa jenis tanaman hidroponik dengan nilai ekonomis yang tinggi :

1. Selada 
     
Teknik hidroponik pada tanaman selada. (Sumber : Jagadtani)

Selada merupakan salah satu sayuran yang mudah untuk dibudidayakan, apalagi untuk para pemula. Sayuran ini juga merupakan sayuran yang banyak digemari di kalangan masyarakat, hal tersebut dapat dilihat dari sangat banyaknya penggunaan sayuran selada dalam konsumsi makanan sehari-hari masyarakat mulai dari makanan jenis berat sampai makanan ringan. Oleh karena itu, jika dilihat dari segi bisnis, selada termasuk salah satu bisnis yang menjanjikan. Apalagi jika nantinya Anda mampu menjalankan budidaya selada dengan kualitas terbaik dan dalam jumlah yang banyak.

2. Paprik

Teknik hidroponik pada tanaman paprika. (Sumber : Hidroponik.net)

Paprika merupakan jenis tanaman yang sering sekali dibudidayakan secara konvensional, rupanya tanaman paprika juga dapat dibudidayakan dengan cara hidroponik. Pada saat melakukan budidaya dengan menggunakan sistem hidroponik, salah satu hal penting yang harus diperhatikan yaitu asupan nutrisi yang akan diterima. Sehingga kandungan nutrisi harus dijaga dan kebutuhan tersebut disesuaikan dengan fase tumbuhnya.

 3. Tomat 

Teknik hidroponik pada tanaman tomat. (Sumber : Hidroponik.net)
Teknik hidroponik pada tanaman tomat. (Sumber : Tanah kaya)

Sering kali kita melihat tomat yang di tanam di lahan terbuka yang sangat luas, namun tanaman tomat dapat juga ditanam dengan menggunakan sistem hidroponik. ditanam dengan menggunakan sistem hidroponik. Langkah pertama yang perlu dilakukan saat menanam tomat hidroponik yakni membeli benih yang bersertifikat. Mengapa benih bukan bibit? Sebab ketika kita membeli bibit, kita tidak mengetahui kualitas persemaian bibit tersebut. Saat melakukan penyemaian sendiri, kita bisa yakin dengan sepenuhnya bahwa tanaman tersebut terbebas dari ancaman patogen. Selain benih, media tanam juga menjadi hal yang tak boleh lupa untuk diperhatikan. Untuk menanam tomat hidroponik, biasanya menggunakan media cocopeat karena sesuai dengan kebutuhan tanaman ini. Perhatikan juga perawatan rutin lainnya. Seperti menyiram, memberi nutrisi, melakukan penyulaman, dan lain sebagainya.

4. Kangkung  

Teknik hidroponik pada tanaman kangkung. (Sumber : Pohaci)

Kangkung merupakan tanaman hidroponik rumahan yang banyak dibudidayakan. Merawat tanaman ini cukup mudah. Anda hanya perlu memberikan nutrisi yang cukup dan kangkung bisa tumbuh dengan baik. Kangkung juga bisa dipanen dalam waktu yang relatif singkat. Di umur tanam 4 minggu saja, kangkung sudah tampak besar dan siap untuk dipanen. Keunggulan lainnya dari tanaman ini yaitu bisa dipanen berulang kali. Jadi saat Anda memanen kangkung, cukup potong bagian atasnya tanpa membuang akar tanaman ini. Biarkan beberapa minggu lalu tanaman kangkung akan tumbuh kembali. Setidaknya tanaman ini bisa dipanen dua kali dalam satu kali masa tanam. 

5. Pakcoy  

Teknik hidroponik pada tanaman pakcoy. (Sumber : kampustani)

Tanaman hidroponik lainnya yang biasa dibudidayakan yaitu pakcoy. Tanaman ini mengandung banyak vitamin dan mineral. Selian itu, pakcoy juga bisa diolah menjadi berbagai makanan yang menyehatkan. Sama seperti kangkung, pakcoy juga mudah untuk dibudidayakan dengan sistem hidroponik. Biasanya menanam pakcoy secara hidroponik dilakukan dengan menggunakan media rockwool. Pakcoy juga memiliki umur tanam yang singkat. Usia satu bulan saja, ukurannya sudah cukup besar dan siap untuk dipanen.

6. Seledri  

Teknik hidroponik pada tanaman seledri. (Sumber : Hidroponikjogja)

Sayuran yang satu ini biasanya diguakan untuk tambahan pembuatan makanan sup. Aroma yang khas ditambah manfaat seledri yang beragam membuat banyak orang menyukainya. Sekedri ternyaat bisa juga ditanam dengan sistem hidroponik. Bahkan anda bisa menanam seledri menggunakan sistem wick atau sumbu. Tanaman ini cukup mudah dan cocok untuk berbagai jenis sistem pertanaman.

7. Melon  

Teknik hidroponik pada tanaman melon. (Sumber : Beta News)

Selain sayuran, buah-buahan juga bisa ditanam menggunakan sistem hidroponik. Proses budidaya melon hidroponik diawali dengan pemilihan benih, penyemaian, penanaman, perawatan, hingga panen. Seluruh tahapan tersebut harus dilakukan dengan baik agar melon dapat tumbuh dengan sehat dan optimal.

8. Semangka

Teknik hidroponik pada tanaman semangka. (Sumber : Bibitonline)

Selain melon, semangka juga bisa menjadi pilihan tanaman hidroponik lainnya. Buah yang kaya air ini memang banyak digemari. Semangka hasil hidroponik memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan semangka biasa. Untuk menanamnya tidak sulit. Tahapan budidaya diawali dengan pemilihan bibit, penyemaian, penanaman, pemeliharaan, hingga akhirnya panen. Waktu panen buah semangka hidroponik sekitar 2 – 3 bulan setelah tanam.

9. Stroberi

Teknik hidroponik pada tanaman semangka. (Sumber : pinterest)

Buah yang rasanya masam ini juga bisa dibudidayakan menggunakan sistem hidroponik. Sistem budidaya ini dirasa lebih praktis dan mudah dibandingkan budidaya stroberi secara konvensional. Jenis hidroponik yang biasanya digunakan untuk menanam stroberi yaitu hidroponik sistem tetes.

F. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN HIDROPONIK

Mengutip dari website di itbunga.com,kelebihan dan kekurangan hidroponik antara lain :

1. Kelebihan

a. Tidak memerlukan media tanah

b. Penggunaan pupuk lebih hemat

c. Penggunaan air lebih efisien

d. Air yang digunakan dapat terus bersirkulasi ke dalam aquarium

e. Pengendalian dan pemberian nutrisi lebih mudah dan lebih efisien

f. Tidak menyebabkan polusi terhadap lingkungan

g. Memberikan hasil tanaman yang lebih banyak

h. Steril dan bersih

i. Hasil tanaman mudah dipanen

j. Unsur hara dan pH lebih terjaga

k. Tidak membutuhkan lahan

l. Tidak membutuhkan banyak tenaga kerja

m. Bebas dari gangguan hama dan penyakit

n. Media dapat digunakan hingga bertahun-tahun

o. Pertumbuhan dan perkembangan tanaman lebih cepat

Karena pot dan tanaman relatif lebih bersih maka dapat digunakan sebagai keperluan hiasan dan interior di dalam rumah sehingga penempatan terhadap pot-pot hidroponik ini jauh lebih leluasa. Meski banyak memiliki kelebihan yang dimiliki oleh teknik hidroponik ini rupanya teknik ini juga tidak terlepas dari kekurangan. Berikut ini adalah kekurangan dari teknik hidroponik.

2. Kekurangan

a. Modal lebih mahal

b. Perawatan perangkat hidroponik lebih sulit

c. Butuh keterampilan khusus untuk meramu nutrisi

Jika dilihat dari kekurangannya tentu kita dapat mengatasi hal tersebut dengan mudah. Apabila modal yang dinyatakan lebih mahal kita tidak boleh setengah-setengah dalam mengerjakan budidaya hidroponik ini untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Dan apabila budidaya ini dapat berjalan dengan baik maka lama kelamaan modal di awal dapat kembali dan justru mendapatkan keuntungan yang lebih. Untuk masalah perawatan yang dikatakan sulit dapat diatasi dengan cekatan yaitu tidak boleh bermalas-malasan untuk merawat dan memelihara tanaman hidroponik ini agar hasil yang dipanen jauh lebih berkualitas. Kemudian kekurangan yang terakhir yaItu telah disebutkan bahwa perlu keterampilan khusus untuk meramu nutrisi. Sebenarnya nutrisi yang diperlukan untuk tanaman hidroponik ini dapat dibeli secara instan dan memang di dalam meramu nutrisi tersebut diperlukan cara yang tepat yaitu dosis yang digunakan harus pas dan cara meramu tersebut biasanya juga sudah tertera pada bungkus produk nutrisi.

G. TEKNIK HIDROPONIK

Mengutip dari gramedia.com Hidroponik memiliki 6 macam,antara lain :

1. Teknik Hidroponik Sistem Drip System

Drip system adalah cara bercocok tanam hidroponik menggunakan sistem irigasi tetes untuk mengalirkan nutrisi ke wilayah perakaran melalui selang irigasi dengan menggunakan dripper yang diatur waktunya dengan timer. Media tanam pada drip sistem ini yaitu batu apung, zeolit, sekam bakar, dan sabut kelapa yang berfungsi sebagai tempat akar berkembang dan memperkokoh kedudukan tanaman (Tallei, 2017).

Drip system ini lebih terkenal untuk menanam sayuran dan buah-buahan  seperti terong, cabai, paprika, terong, tomat, melon, dan stroberi.  Sistem ini juga dikenal lebih hemat biaya dikarenakan pada kegiatan pemupukan yang dapat dikurangi karena hanya diberikan bersamaan dengan proses penyiraman.

Untuk memulai bercocok tanam hidroponik dengan drip system ada beberapa alat yang diperlukan serta ruangan yang cukup luas seperti dripper, nipper, microtube, pompa, pipa nutrisi, polybag, wadah penampungan nutrisi, dan timer. Pada prinsipnya sistem drip ini adalah mengalirkan larutan nutrisi dalam bentuk tetesan yang berlangsung secara terus menerus serta sesuai takaran.


Sistem Drip System, sumber: university.upstartfarmers.com

2. Sistem Hidroponik EBB an Flow System

EBB dan Flow System dikenal juga dengan sebutan sistem pasang surut. Pada sistem EBB dan flow system larutan nutrisi diberikan dengan cara menggenangi wilayah perakaran dengan waktu yang telah ditentukan. Setelah cukup, maka larutan nutrisi tersebut dialirkan kembali ke wadah penampungan pupuk. Larutan nutrisi akan mengisi sistem mencapai ketinggian dari overflow yang telah disiapkan sehingga merendam akar tanaman hidroponik tersebut. Tabung  harus diatur sekitar dua inch di bawah permukaan atas media tumbuh.

EBB dan Flow System ini memiliki persediaan oksigen yang diperlukan oleh tanaman berjumlah lebih banyak dan lebih baik karena sistem pasang surut. Perawatan dan pemantauan pada EBB dan Flow system ini dianggap lebih mudah karena tidak perlu melakukan penyiraman tanaman secara manual.

Sistem ini memiliki kekurangan diantaranya, pompa yang dipakai membutuhkan aliran listrik agar bisa beroperasi dengan baik. Dengan cara tersebut tentu terjadi ketergantungan pada listrik sehingga apabila listrik tiba-tiba mati maka pompa menjadi tidak berfungsi dan proses pasang surut untuk menutrisi tanaman tidak terjadi lagi. Dengan sistemnya yang melakukan perputaran nutrisi, maka kualitasnya akan berkurang setelah dipompa berkali-kali. Hal tersebut tentu berpengaruh pada hasil pertanian dan akar tanaman.

Ebb and Flow, sumber: sdhydroponics.com

3. Sistem Hidroponik Nutrient Film Technique (NFT)

Pada sistem ini larutan nutrisi secara terus menerus dialirkan mengenai akar tanaman menggunakan pipa PVC dan pompa dengan teknik sirkulasi (Swastika, 2018). Posisi tanaman yang tumbuh pada lapisan aliran nutrisi yang tidak dalam (dangkal) dapat membuat sebagian akar terendam dan memperoleh nutrisi sehingga sebagian lainnya berada di atas memperoleh oksigen. Nutrisi yang disediakan untuk tanaman akan diterima oleh akar secara terus menerus menggunakan pompa air yang ditempatkan pada penampung nutrisi yang disusun sedemikian rupa agar pengaliran menjadi efektif (Tellei, 2017).

Sistem NFT ini masa tanam menjadi lebih singkat sehingga bisa melakukan penanaman lebih banyak. Dengan bercocok tanam menggunakan sistem NFT, maka bisa diperoleh laba lebih besar karena dalam waktu satu waktu bisa panen hasil berkali-kali. Pemantauan aliran serta perawatan maupun kondisi nutrisi lebih mudah karena nutrisi ditempatkan dalam satu wadah sehingga tidak perlu mengecek berulang kali karena dengan sekali melihat bisa diketahui kondisi nutrisi secara keseluruhan.

Sistem NFT juga bergantung pada listrik, beberapa alat memerlukan listrik yang stabil dan terus menyuplai agar sistem hidroponik yang telah dirancang tetap berjalan. Sistem ini juga rentan terhadap penyakit apabila beberapa tanaman yang terintegrasi dengan aliran nutrisi akan lebih mudah menyebarkan penyakit ke tanaman lain yang berada pada jalur tersebut. Kondisi semacam ini bisa menimbulkan kerugian yang tidak sedikit.

Nutrient Film Technique, sumber: luv2garden.com



4. Teknik Hidroponik Deep Water Culture (DWC)

Deep Water Culture (DWC) dikenal juga dengan istilah floating raft system (sistem rakit apung). Sistem DWC ini disukai oleh masyarakat maupun pelaku hidroponik pemula karena lebih mudah ditangani. Sistem DWC sangat sederhana karena kaar direndam dalam larutan nutrisi dan sebaiknya menggunakan pompa udara untuk akuarium untuk memberikan oksigen pada larutan nutrisi. Dan yang perlu diingat adalah sebaiknya wadahnya tertutup agar pencegah penetrasi sinar matahari ke dalam sistem sehingga mencegah pertumbuhan alga. Walaupun disukai pelakuhidroponik pemula, para pelaku hidroponik komersial pun menggunakan sistem DWC ini dalam skala besar. 

DWC ini dianggap  mudah dibuat dan murah. Meskipun mudah,dibutuhkan pula kreativitas untuk membuat dan menggunakan sistem ini dari berbagai bahan. Kelebihan menggunakan sistem Deep Water Culture (DWC) yaitu tidak dibutuhkan pompa untuk memompa nutrisi kecuali untuk aerasi. Penggunaan pompa untuk nutrisi dapat menyebabkan penyumbatan pada pompa tersebut apabila menggunakan nutrisi organik.

Deep Water Culture, sumber.offgridgorilla.com


5. Teknik Hidroponik Wick System

Wick system atau dikenal juga dengan sistem sumbu. Sistem ini sering disebut metode hidroponik yang paling sederhana. Sistem sumbu (wick system) bisa menggunakan bahan-bahan daur ulang seperti gelas bekas minuman atau botol bekas sebagai wadah untuk nutrisi.  Tanaman pada sistem ini mendapatkan nutrisi yang diserap melalui sumbu atau kain flanel. Sistem ini seperti kompor minyak tanah. Sumbu merupakan bagianpenting pada sistem ini, karena tanpa penyerapan cairan yang baik tanaman tidak akan mendapatkan kelembapan dan nutrisi yang dibutuhkan. Selain sebagai penyerap cairan yang baik, wick system juga sulit rusak akibat pembusukan.  Jumlah wick harus disesuaikan dengan ukuran tanaman ketika bertumbuh untuk memastikan nutrisi yang diserap cukup memenuhi kebutuhan tanaman.
Pada sistem sumbu ini penggunaan pompa udara untuk aerasi sistem tidak terlalu dibutuhkan. Akar bisa mendapatkan oksigen dari ruang di dalam sistem dan juga menyerap oksigen langsung dari cairan nutrisi. Apabila ingin menggunakan aerator maka disarankan membuat sistem rakit apung. Dengan menggunakan teknik hidroponik, membudidayakan tanaman jadi tidak perlu memakan terlalu banyak lahan, seperti halnya yang dibahas pada buku Hidroponik & Vertikultura.

Wick, sumber.hidroponikuntuksemua.com



6. Sistem Hidroponik Aeroponik

Sistem aeroponik yaitu tanaman ditumbuhkan pada udara yang lembap tanpa menggunakan tanah atau medium agregat. Dalam sistem aeroponik tidak menggunakan wadah untuk menggenangkan larutan nutrisi ataupun dibuatkan tempat aliran nutrisi agar akar bisa menyerap gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman.

Sistem aeroponik tidak memerlukan lahan luas. Kepraktisan ini yang membuat para petani maupun masyarakat tertarik untuk mengembangkannya. Hasil pertanian yang didapat dari sistem aeroponik selain lebih segar dan enak, juga mengandung gizi yang lebih banyak. Sistem ini juga memiliki kekurangan karena ketersediaan alat yang belum banyak. Dibutuhkan alat penyembur khusus berupa sprinkler pada sistem aeroponik ini. Komponen penting tersebut kadang kala sulit ditemukan di kawasan pedesaan atau kota kecil. Ini tentu menjadi satu hambatan bagi para petani yang mau melakukan cocok tanam dengan sistem aeroponik.

aeroponik, sumber.dictio.id

Referensi :

Lingga, Pinus. Hidroponik : Bercocok Tanam Tanpa Tanah. 

Istiqomah, Siti. Menanam Hidroponik. 

 

 

 

 

 

 

 

Komentar

  1. Wah saya jadi tertarik melakukan hidroponik sistem NFT karena dapat memaksimalkan produktivitas tanaman. Terima kasih!

    BalasHapus
  2. Sangat informatif! ternyata teknik hidroponik bisa lebih menghemat pupuk dan air yaa? saya jadi tertarik menanam sayur menggunakan teknik ini. terima kasih!

    BalasHapus
  3. Nahh, ini dia solusi buat yg gak punya lahan luas tapi pengen ngembangin budidaya sayur atau buah-buahan, apalagi kalo pake teknik wick system bisa manfaatin barang bekas dirumah

    BalasHapus
  4. Wah menarik bertanam tanpa menggunakan media tanah sangat cocok untuk diterapkan dipekarangan rumah yang sempit/tidak memiliki lahan yg luas dan sangat bermanfaat juga jika berhasil!

    BalasHapus

Posting Komentar